Plurk Stat's

Tuesday, July 20, 2010

Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi)



Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi; lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 29 Agustus 1950 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.

Kehidupan pribadi

Ernest adalah anak ketiga (dari empat bersaudara) pasangan Auguste Henri Edouard Douwes Dekker (Belanda totok), seorang broker bursa efek dan agen bank, dan Louisa Margaretha Neumann, seorang indo dari ayah Jerman dan ibu Jawa. Dengan pekerjaannya itu, Auguste termasuk orang yang berpenghasilan tinggi. Ernest, biasa dipanggil Nes oleh orang-orang dekatnya atau DD oleh rekan-rekan seperjuangannya, masih terhitung saudara dari pengarang buku Max Havelaar, yaitu Eduard Douwes Dekker (Multatuli), yang merupakan adik kakeknya. Olaf Douwes Dekker, cucu dari Guido, saudaranya, menjadi penyair di Breda, Belanda.

DD menikah dengan Clara Charlotte Deije (1885-1968), anak dokter campuran Jerman-Belanda pada tahun 1903, dan mendapat lima anak, namun dua di antaranya meninggal sewaktu bayi (keduanya laki-laki). Yang bertahan hidup semuanya perempuan. Perkawinan ini kandas pada tahun 1919 dan keduanya bercerai.

Kemudian DD menikah lagi dengan Johanna Petronella Mossel (1905-1978), seorang Indo keturunan Yahudi, pada tahun 1927. Johanna adalah guru yang banyak membantu kegiatan kesekretariatan Ksatrian Instituut, sekolah yang didirikan DD. Dari perkawinan ini mereka tidak dikaruniai anak. Di saat DD dibuang ke Suriname pada tahun 1941 pasangan ini harus berpisah, dan di kala itu kemudian Johanna menikah dengan Djafar Kartodiredjo, seorang Indo pula (sebelumnya dikenal sebagai Arthur Kolmus), tanpa perceraian resmi terlebih dahulu. Tidak jelas apakah DD mengetahui pernikahan ini karena ia selama dalam pengasingan tetap berkirim surat namun tidak dibalas.

Sewaktu DD "kabur" dari Suriname dan menetap sebentar di Belanda (1946), ia menjadi dekat dengan perawat yang mengasuhnya, Nelly Alberta Geertzema née Kruymel, seorang Indo yang berstatus janda. Nelly kemudian menemani DD yang menggunakan nama samaran pulang ke Indonesia agar tidak ditangkap intelijen Belanda. Mengetahui bahwa Johanna telah menikah dengan Djafar, DD tidak lama kemudian menikahi Haroemi Wanasita boru Siregar, seorang wanita asal Binjai, pada tahun 1945. Dari pernikahan itu lahirlah Kess Douwes Dekker, yang kemudian diganti namanya oleh Soekarno menjadi Kesworo Setiabuddhi. DD kemudian menggunakan nama Danudirdja Setiabuddhi. Sepeninggal DD, Haroemi menikah dengan Wayne E. Evans pada tahun 1964 dan kini tinggal di Amerika Serikat.

Walaupun mencintai anak-anaknya, DD tampaknya terlalu berfokus pada perjuangan idealismenya sehingga perhatian pada keluarga agak kurang dalam. Ia pernah berkata kepada kakak perempuannya, Adelin, kalau yang ia perjuangkan adalah untuk memberi masa depan yang baik kepada anak-anaknya di Hindia kelak yang merdeka. Pada kenyataannya, semua anaknya meninggalkan Indonesia menuju ke Belanda ketika Jepang masuk. Demikian pula semua saudaranya, tidak ada yang memilih menjadi warga negara Indonesia.

Riwayat hidup

Masa muda

Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama-tama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Di sana ia menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami pekerja kebun, dan sering kali membela mereka. Tindakannya itu membuat ia kurang disukai rekan-rekan kerja, namun disukai pegawai-pegawai bawahannya. Akibat konflik dengan manajernya, ia dipindah ke perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran. Sekali lagi, dia terlibat konflik dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi petani. Akibatnya, ia dipecat.

Perang Boer

Menganggur, dan kematian mendadak ibunya, membuat Nes memutuskan berangkat ke Afrika Selatan pada tahun 1899 untuk ikut dalam Perang Boer Kedua melawan Inggris. Ia bahkan menjadi warga negara Republik Transvaal. Beberapa bulan kemudian kedua saudara laki-lakinya, Julius dan Guido, menyusul. Di sana, Nes tertangkap lalu diinternir di suatu kamp di Ceylon. Di sana ia mulai berkenalan dengan sastera India, dan perlahan-lahan pemikirannya mulai terbuka akan perlakuan tidak adil pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap warganya.

Sebagai wartawan yang kritis dan aktivitas awal

DD pulang ke Hindia Belanda pada tahun 1902, dan bekerja sebagai agen pengiriman KPM, perusahaan pengiriman milik negara. Penghasilannya yang lumayan membuatnya berani menyunting Clara Charlotte Deije, putri seorang dokter asal Jerman yang tinggal di Hindia Belanda, pada tahun 1903.

Kemampuannya menulis laporan pengalaman peperangannya di surat kabar terkemuka membuat ia ditawari menjadi reporter koran Semarang terkemuka, De Locomotief. Di sinilah ia mulai merintis kemampuannya dalam berorganisasi. Tugas-tugas jurnalistiknya, seperti ke perkebunan di Lebak dan kasus kelaparan di Indramayu, membuatnya mulai kritis terhadap kebijakan kolonial. Ketika ia menjadi staf redaksi Bataviaasch Nieuwsblad, 1907, tulisan-tulisannya menjadi semakin pro kaum Indo dan pribumi. Dua seri artikel yang tajam dibuatnya pada tahun 1908. Seri pertama artikel dimuat Februari 1908 di surat kabar Belanda Nieuwe Arnhemsche Courant setelah versi bahasa Jermannya dimuat di koran Jerman Das Freie Wort, "Het bankroet der ethische principes in Nederlandsch Oost-Indie" ("Kebangkrutan prinsip etis di Hindia Belanda") kemudian pindah di Bataviaasche Nieuwsblad. Sekitar tujuh bulan kemudian (akhir Agustus) seri tulisan panas berikutnya muncul di surat kabar yang sama, "Hoe kan Holland het spoedigst zijn koloniën verliezen?" ("Bagaimana caranya Belanda dapat segera kehilangan koloni-koloninya?", versi Jermannya berjudul "Hollands kolonialer Untergang"). Kembali kebijakan politik etis dikritiknya. Tulisan-tulisan ini membuatnya mulai masuk dalam radar intelijen penguasa.

Rumah DD, pada saat yang sama, yang terletak di dekat Stovia menjadi tempat berkumpul para perintis gerakan kebangkitan nasional Indonesia, seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo, untuk belajar dan berdiskusi. Budi Utomo (BO), organisasi yang diklaim sebagai organisasi nasional pertama, lahir atas bantuannya. Ia bahkan menghadiri kongres pertama BO di Yogyakarta.

Aspek pendidikan tak luput dari perhatian DD. Pada tahun 1910 (8 Maret) ia turut membidani lahirnya Indische Universiteit Vereeniging (IUV), suatu badan penggalang dana untuk memungkinkan dibangunnya lembaga pendidikan tinggi (universitas) di Hindia Belanda. Di dalam IUV terdapat orang Belanda, orang-orang Indo, aristokrat Banten dan perwakilan dari organisasi pendidikan kaum Tionghoa THHK.

Indische Partij

Karena menganggap BO terbatas pada masalah kebudayaan (Jawa), DD tidak banyak terlibat di dalamnya. Sebagai seorang Indo, ia terdiskriminasi oleh orang Belanda murni ("totok" atau trekkers). Sebagai contoh, orang Indo tidak dapat menempati posisi-posisi kunci pemerintah karena tingkat pendidikannya. Mereka dapat mengisi posisi-posisi menengah dengan gaji lumayan tinggi. Untuk posisi yang sama, mereka mendapat gaji yang lebih tinggi daripada pribumi. Namun, akibat politik etis, posisi mereka dipersulit karena pemerintah koloni mulai memberikan tempat pada orang-orang pribumi untuk posisi-posisi yang biasanya diisi oleh Indo. Tentu saja pemberi gaji lebih suka memilih orang pribumi karena mereka dibayar lebih rendah. Keprihatinan orang Indo ini dimanfaatkan oleh DD untuk memasukkan idenya tentang pemerintahan sendiri Hindia Belanda oleh orang-orang asli Hindia Belanda (Indiërs) yang bercorak inklusif dan mendobrak batasan ras dan suku. Pandangan ini dapat dikatakan original, karena semua orang pada masa itu lebih aktif pada kelompok ras atau sukunya masing-masing.

Berangkat dari organisasi kaum Indo, Indische Bond dan Insulinde, ia menyampaikan gagasan suatu "Indië" (Hindia) baru yang dipimpin oleh warganya sendiri, bukan oleh pendatang. Ironisnya, di kalangan Indo ia mendapat sambutan hangat hanya di kalangan kecil saja, karena sebagian besar dari mereka lebih suka dengan status quo, meskipun kaum Indo direndahkan oleh kelompok orang Eropa "murni" toh mereka masih dapat dilayani oleh pribumi.

Tidak puas karena Indische Bond dan Insulinde tidak bisa bersatu, pada tahun 1912 Nes bersama-sama dengan Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan partai berhaluan nasionalis inklusif bernama Indische Partij ("Partai Hindia"). Kampanye ke beberapa kota menghasilkan anggota berjumlah sekitar 5000 orang dalam waktu singkat. Semarang mencatat jumlah anggota terbesar, diikuti Bandung. Partai ini sangat populer di kalangan orang Indo, dan diterima baik oleh kelompok Tionghoa dan pribumi, meskipun tetap dicurigai pula karena gagasannya yang radikal. Partai yang anti-kolonial dan bertujuan akhir kemerdekaan Indonesia ini dibubarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda setahun kemudian, 1913 karena dianggap menyebarkan kebencian terhadap pemerintah.

Akibat munculnya tulisan terkenal Suwardi di De Expres, "Als ik eens Nederlander was", ketiganya lalu diasingkan ke Belanda, karena DD dan Cipto mendukung Suwardi.

Dalam pembuangan di Eropa

Masa di Eropa dimanfaatkan oleh Nes untuk mengambil program doktor di Universitas Zürich, Swiss, dalam bidang ekonomi. Di sini ia tinggal bersama-sama keluarganya. Gelar doktor diperoleh secara agak kontroversial dan dengan nilai "serendah-rendahnya", menurut istilah salah satu pengujinya. Karena di Swis ia terlibat konspirasi dengan kaum revolusioner India, ia ditangkap di Hong Kong dan diadili dan ditahan di Singapura (1918). Setelah dua tahun dipenjara, ia pulang ke Hindia Belanda 1920.

Kegiatan jurnalistik dan Peristiwa Polanharjo

Sekembalinya ia ke Batavia setelah dipenjara DD aktif kembali dalam dunia jurnalistik dan organisasi. Ia menjadi redaktur organ informasi Insulinde yang bernama De Beweging. Ia menulis beberapa seri artikel yang banyak menyindir kalangan pro-koloni serta sikap kebanyakan kaumnya: kaum Indo. Targetnya sebetulnya adalah de-eropanisasi orang Indo, agar mereka menyadari bahwa demi masa depan mereka berada di pihak pribumi, bukan seperti yang terjadi, berpihak ke Belanda. Organisasi kaum Indo yang baru dibentuk, Indisch Europeesch Verbond (IEV), dikritiknya dalam seri "De tien geboden" (Sepuluh Perintah Tuhan) dan "Njo Indrik" (Sinyo Hendrik). Pada seri yang disebut terakhir, IEV dicap olehnya sebagai "liga yang konyol dan kekanak-kanakan".

Sejumlah pamflet lepas yang cukup dikenal juga ditulisnya pada periode ini, seperti "Een Natie in de maak" (Suatu bangsa tengah terbentuk) dan "Ons volk en het buitlandsche kapitaal" (Bangsa kita dan modal asing).

Pada rentang masa ini dibentuk pula Nationaal Indische Partij (NIP), sebagai organisasi pelanjut Indische Partij yang telah dilarang. Pembentukan NIP menimbulkan perpecahan di kalangan anggota Insulinde antara yang moderat (kebanyakan kalangan Indo) dan yang progresif (menginginkan pemerintahan sendiri, kebanyakan orang Indonesia pribumi). NIP akhirnya bernasib sama seperti IP: tidak diizinkan oleh Pemerintah.

Pada tahun 1919, DD terlibat (atau tersangkut) dalam peristiwa protes dan kerusuhan petani/buruh tani di perkebunan tembakau Polanharjo, Klaten. Ia terkena kasus ini karena dianggap mengompori para petani dalam pertemuan mereka dengan orang-orang Insulinde cabang Surakarta, yang ia hadiri pula. Pengadilan dilakukan pada tahun 1920 di Semarang. Hasilnya, ia dibebaskan; namun kasus baru menyusul dari Batavia: ia dituduh menulis hasutan di surat kabar yang dipimpinnya. Kali ini ia harus melindungi seseorang (sebagai redaktur De Beweging) yang menulis suatu komentar yang di dalamnya tertulis "Membebaskan negeri ini adalah keharusan! Turunkan penguasa asing!". Yang membuatnya kecewa adalah ternyata alasan penyelidikan bukanlah semata tulisan itu, melainkan "mentalitas" sang penulis (dan dituduhkan ke DD). Setelah melalui pembelaan yang panjang, DD divonis bebas oleh pengadilan.

Aktivitas pendidikan dan Ksatrian Instituut

Sekeluarnya dari tahanan dan rentetan pengadilan, DD cenderung meninggalkan kegiatan jurnalistik dan menyibukkan diri dalam penulisan sejumlah buku semi-ilmiah dan melakukan penangkaran anjing gembala Jerman dan aktif dalam organisasinya. Prestasinya cukup mengesankan, karena salah satu anjingnya memenangi kontes dan bahkan mampu menjawab beberapa pertanyaan berhitung dan menjawab beberapa pertanyaan tertulis.

Atas dorongan Suwardi Suryaningrat yang saat itu sudah mendirikan Perguruan Taman Siswa, ia kemudian ikut dalam dunia pendidikan, dengan mendirikan sekolah "Ksatrian Instituut" (KI) di Bandung. Ia banyak membuat materi pelajaran sendiri yang instruksinya diberikan dalam bahasa Belanda. KI kemudian mengembangkan pendidikan bisnis, namun di dalamnya diberikan pelajaran sejarah Indonesia dan sejarah dunia yang materinya ditulis oleh Nes sendiri. Akibat isi pelajaran sejarah ini yang anti-kolonial dan pro-Jepang, pada tahun 1933 buku-bukunya disita oleh pemerintah Keresidenan Bandung dan kemudian dibakar. Pada saat itu Jepang mulai mengembangkan kekuatan militer dan politik di Asia Timur dengan politik ekspansi ke Korea dan Tiongkok. DD kemudian juga dilarang mengajar.

Kegiatan sebelum pembuangan

Karena dilarang mengajar, DD kemudian mencari penghasilan dengan bekerja di kantor Kamar Dagang Jepang di Jakarta. Ini membuatnya dekat dengan Mohammad Husni Thamrin, seorang wakil pribumi di Volksraad. Pada saat yang sama, pemerintah Hindia Belanda masih trauma akibat pemberontakan komunis (ISDV) tahun 1927, memecahkan masalah ekonomi akibat krisis keuangan 1929, dan harus menghadapi perkembangan fasisme ala Nazi di kalangan warga Eropa (Europaeer).

Serbuan Jerman ke Denmark dan Norwegia, dan akhirnya ke Belanda, pada tahun 1940 mengakibatkan ditangkapnya ribuan orang Jerman di Hindia Belanda, berikut orang-orang Eropa lain yang diduga berafiliasi Nazi. DD yang memang sudah "dipantau", akhirnya ikut digaruk karena dianggap kolaborator Jepang, yang mulai menyerang Indocina Perancis. Ia juga dituduh komunis.

Pengasingan di Suriname

DD ditangkap dan dibuang ke Suriname pada tahun 1941 melalui Belanda. Di sana ia ditempatkan di suatu kamp jauh di pedalaman Sungai Suriname yang bernama Joden Savanne ("Padang Yahudi").[2] Tempat itu pada abad ke-17 hingga ke-19 pernah menjadi tempat pemukiman orang Yahudi yang kemudian ditinggalkan karena kemudian banyak pendatang yang membuat keonaran.

Kondisi kehidupan di kamp sangat memprihatinkan. Sampai-sampai DD, yang waktu itu sudah memasuki usia 60-an, sempat kehilangan kemampuan melihat. Di sini kehidupannya sangat tertekan karena ia sangat merindukan keluarganya. Surat-menyurat dilakukannya melalui Palang Merah Internasional dan harus melalui sensor.

Ketika khabar berakhirnya perang berakhir, para interniran (buangan) di sana tidak segera dibebaskan. Baru menjelang pertengahan tahun 1946 sejumlah orang buangan dikirim ke Belanda, termasuk DD. Di Belanda ia bertemu dengan Nelly Albertina Gertzema nee Kruymel, seorang perawat. Nelly kemudian menemaninya kembali ke Indonesia. Kepulangan ke Indonesia juga melalui petualangan yang mendebarkan karena DD harus mengganti nama dan menghindari petugas intelijen di Pelabuhan Tanjung Priok. Akhirnya mereka berhasil tiba di Yogyakarta, ibukota Republik Indonesia pada waktu itu pada tanggal 2 Januari 1947.

Perjuangan di masa Revolusi Kemerdekaan dan akhir hayat

Tak lama setelah kembali ia segera terlibat dalam posisi-posisi penting di sisi Republik Indonesia. Pertama-tama ia menjabat sebagi menteri negara tanpa portofolio dalam Kabinet Sjahrir III (yang berumur pendek). Selanjutnya berturut-turut ia menjadi anggota delegasi negosiasi dengan Belanda, konsultan dalam komite bidang keuangan dan ekonomi di delegasi itu, anggota DPA, pengajar di Akademi Ilmu Politik, dan terakhir sebagai kepala seksi penulisan sejarah (historiografi) di bawah Kementerian Penerangan. Di mata beberapa pejabat Belanda ia dianggap "komunis" meskipun ini sama sekali tidak benar.

Pada periode ini DD tinggal satu rumah dengan Sukarno. Ia juga menempati salah satu rumah di Kaliurang. Dan dari rumah di Kaliurang inilah pada tanggal 21 Desember 1948 ia diciduk tentara Belanda yang tiba dua hari sebelumnya di Yogyakarta dalam rangka "Aksi Polisionil". Setelah diinterogasi ia lalu dikirim ke Jakarta untuk diinterogasi kembali.

Tak lama kemudian DD dibebaskan karena kondisi fisiknya yang payah dan setelah berjanji tak akan melibatkan diri dalam politik. Ia dibawa ke Bandung atas permintaannya. Harumi kemudian menyusulnya ke Bandung. Setelah renovasi, mereka lalu menempati rumah lama (dijulukinya "Djiwa Djuwita") di Lembangweg.

Di Bandung ia terlibat kembali dengan aktivitas di Ksatrian Instituut. Kegiatannya yang lain adalah mengumpulkan material untuk penulisan autobiografinya (terbit 1950: 70 jaar konsekwent) dan merevisi buku sejarah tulisannya.

Ernest Douwes Dekker wafat dini hari tanggal 29 Agustus 1950 (versi van der Veur, 2006; di batu nisannya tertulis tanggal 28 Agustus 1950) dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.

Beberapa penghormatan

Jasa DD dalam perintisan kemerdekaan diekspresikan dalam banyak hal. Di setiap kota besar dapat dijumpai jalan yang dinamakan menurut namanya: Setiabudi. Jalan Lembang di Bandung utara, tempat rumahnya berdiri, sekarang bernama Jalan Setiabudi. Di Jakarta bahkan namanya dipakai sebagai nama suatu kecamatan (Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan).

Di Belanda, nama DD juga dihormati sebagai orang yang berjasa dalam meluruskan arah kolonialisme (meskipun hampir sepanjang hidupnya ia berseberangan posisi politik dengan pemerintah kolonial, vis-a-vis Belanda; bahkan dituduh "pengkhianat").

Repost From: http://id.wikipedia.org/wiki/Ernest_Douwes_Dekker

Wong Fei Hung dan Leganda Kungfunya !



Wong fei hung mungkin hanya sebuah karya fiksi dalam suatu novel silat yg terkenal... namun keberadaan sang tokoh tersebut emang exist dan toko obatnya yg terkenal itu "Pho chi lam" emang ada...

Wong Fei Hung (1847-1924) adl seorang guru bela diri, tabib, guru ilmu pengetahuan, dan revolusioner. Moto hidupnya "menolong yg lemah dan yg gak mampu". Dia anak dari seorang ahli fisika, ahli obat2an dan guru bela diri, namanya Wong Kay Ying. Ayahnya ini yg mendirikan klinik obat yg namanya Poh chi lam dan Fei Hung sbg asisten ayahnya. Fei Hung juga seorang revolusioner krn dia diam2 menentang org2 man chu. klo soal Kung Fu.....dia belajar kung fu dari guru ayahnya. Ia belajar dasar2 seni bela diri Hung Gar. Ia juga ahli memainkan berbagai senjata terutama tongkat. Konon legendanya dia pernah melawan 30 org di Kanton. soal ilmu obat2an dia belajar banyak dari ayahnya.

Anaknya, Wong Hawn-Sum juga mengikuti jejaknya. Ahli bela diri dan suka menolong org. Namun taon 1890 Hawn sum mati ditembak oleh gangster. Sejak kejadian itu Fei Hung tdk pernah lagi mengajarkan kug fu kpd anak2nya yg lain. Istrinya ada 3, dan semuanya mati muda. Sampai saat dia menikah dg gadis remaja Mok Gwai Lan. Dia juga ahli bela diri. dan mengajar kung fu. Taon 1924 Fei Hung meninggal dunia.sedikit sejarah ttg kung fu-nya Wong Fei Hung..., kung fu Hung Gar, sejak manchuria mengusai cina, banyak para revolusioner berlatih kung fu di kuil shaolin di bagian selatan cina. ada bermacam2 style yg dianjarkan spt style Wing Chun, yg merupakan bela diri original bruce lee (sebelum dimodifikasinya) dan style Hung Gar.

Hung Gar sendiri dicipatakan oleh Hung Hei-Kwun (sound familiar heh?). Dia dulunya seorg pedagang teh di fukien. sekitar taon 1700 dia jadi murid Shaolin. disaat pemerintah Ching menguasai kuil dg maksud utk menangkap para revolusioner. Hung hei kwun salah satu dari 30 org yg berhasil melarikan diri.

kemudian hei kwun mendirikan sekolah bela diri yg diberi nama Hung Gar. Dia beri nama begitu dg maksud utk menyembunyikan identitasnya sbg mantan shaolin. krn saat itu pemerintah ching anti shaolin. Hei kwun menikah dg Fong wing chun, yg mana adl seorang ahli beladiri shaolin crane. Konon kabarnya Hei kwun menggabungkan style-nya dg style shaolin crane.

Hung hei kwun memiliki memiliki murid yg bernama Luk Ah Choy.
Luk Ah Choy kemudian memiliki seorang murid yg berbakat, Wong Tai.
Luk Ah Choy juga mengajar kung fu kpd anak Wong tai, yg bernama Wong Kai Ying.
Wong Kai Ying kemudian mempunyai seorang anak yg bernama Wong Fei Hung.
Wong Fei Hung belajar dasar2 Hung Gar langsung dari Luk Ah Choy.



Wong Fei Hung selain merupakan guru bela-diri dan tabib terkenal, dia juga dikenal sebagai patriot bangsa yang cinta tanah air. Ia merupakan salah satu anggota dari "Ten Tigers of Guangdong" yang anti terhadap kolonialisasi bangsa Asing di China.Kungfu yang digunakan Wong Fei Hung adalah kungfu Hung Gar (dalam dialek Mandarin disebut "Hung Cia" atau "kungfu keluarga Hung"). Pada masa kini kungfu aliran Hung Gar merupakan salah satu style kungfu yang paling populer di dunia (terutama di Eropa) selain kungfu aliran Wing Chun. Kedua kungfu ini diciptakan kurang lebih pada saat yang sama. Bedanya, kungfu Hung Gar diciptakan oleh murid Shaolin yang bernama Hung Hei Kwun (Hung H'si Kuan atau Ang Hi Kuan ; kakak seperguruan Fong Saiyuk). Sedangkan kungfu Wing Chun diciptakan oleh seorang pendekar wanita murid dari bhiksuni Ng Mui yang bernama "Yip Wing Chun".

Satu hal yang diingat, Yip Wing Chun tidak sama dengan Fong Wing Chun istri dari Hung Hei Kwun. Fong Wing Chun yang dikenal sebagai istri Hung Hei Kwun adalah pewaris dari jurus Bangau, sedangkan suaminya adalah master dalam jurus Harimau. Karena itulah, style Tiger and Crane menjadi salah satu jurus utama dalam kungfu Hung Gar. Hal ini bisa dilihat pada lambang perguruan mereka (bisa dilihat di website).

Menurut kabar burung, kungfu ini tercipta pada saat biara Shaolin diserang oleh serdadu Dinasti Qing dan salah satu tokoh yang berpartisipasi dalam penyerangan tersebut adalah seorang tokoh bela-diri terkenal bernama Bak Mei. Bak Mei yang terus memburu sisa-sisa kekuatan Shaolin tidak pernah terkalahkan dalam pertarungan karena ia menggunakan jurus 'kebal'.

Hung Hei Kwun sempat memikirkan cara yang tepat untuk mengalahkan Bak Mei (kabarnya ia pendekar aliran Wu Tang), yaitu dengan menggabungkan ilmu Harimau miliknya dengan ilmu Bangau kepunyaan istri-nya. Tapi sayang...sebelum ia sempat mempelajarinya Bak Mei keburu menghabisinya. Adalah Hung Man Ding, putra dari Hung Hei Kwun, yang akhirnya membalaskan dendam ayahnya dengan cara yang pernah diutarakan oleh ayahnya itu.

Dari sanalah tercipta kungfu Hung Gar....Untuk jurus-jurus aneh yang dimiliki Wong Fei Hung di film OUATIC series seperti "tiger and crane" maupun jurus "tendangan tanpa bayangan" adalah nyata walaupun enggak sebombastis yang digambarkan dalam film. Jurus tendangan tanpa bayangan merupakan kreasi dari Wong Fei Hung sendiri dan berupa tendangan bertubi-tubi ke arah lawan (jurus tendangan tanpa bayangan di film yang paling mendekati bentuk asli-nya mungkin seperti tendangan yang diperagakan Donnie Yen di film Iron Monkey).

Di kehidupan aslinya, Wong Fei Hung memiliki banyak murid. Salah satunya yang paling terkenal dan paling berjasa mengembangkan kungfu Hung Gar ke seluruh dunia adalah Lam Sai Wing (Lin She Rong) yang sering dijuluki "Porky Lam" karena ia dulu berprofesi sebagai tukang daging.Mengenai Hung Hei Kun... Mungkin yang ciptain Hung Gar itu bukan bener2 Hung Hei Kun. Pada jaman setelah shaolin diratakan dengan tanah, banyak biksu2 shaolin yg lari ke selatan dan menyamar dan hidup seperti orang biasa, sambil juga mempersiapkan diri mereka dengan bergabung dgn organisasi2 rahasia utk menjatuhkan Ching.

Nah pada masa itu mereka melatih wushu (kungfu) yang memang sudah pernah diformulasikan di Kuil Shaolin (wushu yang gak butuh waktu banyak utk dipelajari, sekitar 4-5 taon udah jago, krn mau dipake buat revolusi). Pada saat ini utk menghindari identitas mereka sebagai ex shaolin banyak wushu yang diganti namanya. Dan sejarah pun mereka acak2 supaya mereka gak terlihat sebagai ex shaolin dan bisa terhindar dari incaran tentara Ching. Jadi bisa aja kalo Hung Gar itu udah diformulasikan di kuil Shaolin dan kebetulan Hung Hei Kun ditunjuk sbg pewarisnya dan wushu itu dinamakan after Hung's name.

Mengenai Yim Wing Chun...
Mungkin yang namanya Wing Chun itu gak betul2 ada loh. Sekali lagi karena wushu wing chun ini juga adalah wushu yg diformulasikan di kuil Shaolin, maka utk mengaburkan sejarah asal wushu tsb dari tentara ching, dibuatlah cerita tentang Yim Wing Chun tersebut. Supaya para revolusioner yg berlatih Wing Chun bisa terhindar dari incaran tentara Ching. Kalopun Yim Wing Chun itu bener2 ada, bukan dia yang ciptain Wing Chun Kuen, sekali lagi penyamaran..

mengenai Bak Mei...
Setelah dilakukan penelitian.. ternyata tokoh Bak Mei itu gak pernah terkait dengan Shaolin ato pun Bu Tong... Memang tokoh Bak Mei itu yang menciptakan wushu Bak Mei Kun (Tinju Alis Putih) yang dia ambil berdasarkan gerakan Harimau. Wushu yang Bak Mei ciptain ini lumayan hebat dan dahsyat. Tapi entah kenapa dia jadi kambing hitam dalam peristiwa pembakaran kuil shaolin.mengenai tendangan tanpa bayangan... tendangan tanpa bayangan ini emang ciptaan Wong Fei Hung. Tapi bentuknya bukan tendangan bertubi2 ke tubuh lawan...

Tendangan tanpa bayangan itu maksutnya "si korban gak akan pernah tau dia itu ditendang darimana dengan kaki yang mana sampe sesaat setelah dia terkena tendangan itu sendiri". jadi bukan tendangan bertubi2, trus cepet banget, jadi dibilang tanpa bayangan. lebih tepat kalo dibilang tendangan tanpa permisi... tendangannya itu tersembunyi dibalik gerakan2 yang laen..aduh kena tendang, darimana tadi dia nendang... begitu kira2 pikiran orang yg kena tendangan tanpa bayangan.

Repost From: http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=28301

Monday, July 19, 2010

Marie Maynard Daly



Marie Maynard Daly adalah wanita Amerika-Afrika pertama yang menerima gelar Ph. D. dalam bidang ilmu kimia. Ayahnya, Ivan C. Daly, kuliah di Universitas Cornell dengan harapan menjadi ahli kimia; namun karena ada masalah keuangan, maka ia tidak dapat menyelesaikan sarjananya. Kemudian ia bekerja sebagai tukang pos dan kemudian menikahi Helen Page. Marie adalah tiga bersaudara. Ia dilahirkan pada tanggal 16 April 1921 di Corona, Queens, New York. Mungkin karena kakeknya yang memiliki perpustakaan luar biasa, dan banyak waktu yang dihabiskan ibunya membacakan buku untuk Marie, maka ia menjadi sangat gemar membaca. Ia diarahkan pada buku-buku ilmu sains dan para ahli kimia, seperti Microbe Hunter (Pemburu mikroba) yang ditulis oleh Paul de Kruif. Ia lulus dari Sekolah Hunter College , yang merupakan sekolah putri di mana wanita muda yang bersemagat mengejar tujuan profesional dididik.

Agar bisa tetap di rumah, Marie Daly melanjutkan pendidikan ke Queens Colege di Flushing, New York, di mana ia lulus dengan magna cum laude pada tahun 1942 dengan gelas sarjana kimia. Ia tetap di Universitas Queens pada tahun berikutnya, bekerja sebagai asisten laboratorium sambil melanjutkan pendidikan di Universitas New York. Pada tahun 1943, ia mendapatkan gelas master dalam bidang kimia. Di bawah pengawasan Mary Letitia Caldwell, yang dikenal dalam penelitian enzim amilase, Daly mendapat gelar Ph. D dalam bidang kimia pada tahun 1947 di Universitas Columbia.

Daly menghabiskan dua tahun berikutnya sebagai dosen di Universitas Howard. Setelah mendapat dana bantuan untuk penelitian post-doktoral dari American Cancer Society (Himpunan Kanker Amerika), ia bergabung dengan A.E. Mirsky di Institut Rockefeller, di mana ia tinggal selama tujuh tahun. Penelitian post-doktoralnya meliputi studi komposisi dan metabolisme inti sel, menetapkan komposisi dasar asam nukleat deoksipentosa, dan menghitung kecepatan pengambilan glisin berlabel oleh komponen inti sel. Akhirnya ia menerima posisi di Universitas Columbia untuk mengajar biokimia pada kuliah kedokteran dan ahli bedah. Di sini ia memulai berkolaborasi dengan Quentin B. Deming. Pada tahun 1960, mereka pindah ke Universitas Yeshiva di fakultas ilmu kedokteran Albert Einstein., dan pada tahun 1971, Daly menjadi profesor rekanan.

Sebagai seorang profesor, penelitian awal Daly adalah mengenai studi metabolisme dinding arteri dan bagaimana proses ini terkait dengan proses penuaan, hipertensi dan aterosklerosis. Kemudian, ia mempelajari pengambilan, sintesis dan distribusi kreatin dalam struktur sel dan jaringan.

Pada tahun 1961, Marie Maynard Daly menikah dengan Vincent Clark. Ia pensiun dari fakultas Ilmu kedokteran Albert Einstein pada tahun 1986, dan pada tahun 1988 ia mendapatkan beasiswa untuk jurusan fisika dan kimia Amerika Afrika di Universitas Queens sebagai memoriam ayahnya.

Pemikiran Niccolo Machiavelli



Niccolo Machiavelli (3 Mei 1469 - 21 Juni 1527) adalah diplomat dan politikus Italia yang juga seorang filsuf. Sebagai ahli teori, Machiavelli adalah figur utama dalam realitas teori politik, ia sangat disegani di Eropa pada masa Renaisans. Buku-buku karyanya adalah Dell’arte Della Guerra (Seni Perang), Discorsi Sopra la Prima Deca di Tito Livio (Diskursus tentang Sepuluh Buku Titus Livius), Istorie Fiorentine (Sejarah Florence), dan Vita di Castruccio Castracani (Biografi Castruccio Castracani). Machiavelli juga menulis karya sastra, antara lain La Mandragola (naskah drama komedi) dan L’asino d’Oro (satire), Andria dan Clizia (puisi), dan Belfagor Arcidiavolo (novel). Sebagian besar karya ini dia tulis di San Casciano ketika dikucilkan dari pemerintahan Keluarga Medici. Serta tak lupa tulisannya yang amat kontroversial Il Principe (Sang Pangeran).

Il Principe — yang sesungguhnya adalah surat Machiavelli kepada Lorenzo de’ Medici, penguasa Florence, Italia, pada saat itu — adalah sebuah manual tentang bagaimana mempertahankan kekuasaan. Namun, di dalam buku itu, Machiavelli mencampakkan jauh-jauh aspek moral dan etika sehingga namanya identik dengan pemerintahan yang korup dan totaliter. Orang juga selalu mengaitkan namanya dengan cara-cara mempertahankan kekuasaan secara brutal, licik, amoral, dan penuh tipu daya. Tak heran jika pada 1559, Paus melarang peredaran buku Il Principe. Prinsip-prinsip yang Machiavelli paparkan dalam Il Principe kemudian dikenal sebagai machiavellianisme dan orang yang mengikutinya disebut machiavellian.

Bagi Machiavelli, politik adalah tentang satu hal: meraih dan mempertahankan kekuasaan. Hal-hal yang lain-agama, moralitas, dan sebagainya-yang dikaitkan dengan politik, tidak ada sangkut paut dengan aspek fundamental politik. Di dalam Il Principe, Machiavelli mengungkapkan bahwa seorang penguasa tidak terikat oleh norma etika tradisional. Dalam pandangannya, seorang penguasa semestinya hanya berorientasi pada kekuasaan dan hanya mematuhi aturan yang akan membawa kesuksesan politik. Penguasa harus kikir dan kejam dalam menghukum, tanpa belas kasihan. Lebih baik menjadi penguasa yang ditakuti daripada dicintai. Bahkan menurut Machiavelli, kebaikan bisa mengakibatkan kejatuhan. Bagian yang paling kontroversial dari Il Principe adalah bab 18 yang di dalamnya Machiavelli menyarankan agar penguasa tak segan-segan menipu untuk mempertahankan kekuasaan.

Meskipun demikian, tidak sedikit orang yang membela Machiavelli. Mereka mengatakan bahwa Machiavelli sering disalahpahami karena bukunya yang banyak dibaca orang hanyalah Il Principe, sedikit sekali yang membaca buku-bukunya yang lain, misalnya Discorsi Sopra la Prima Deca di Tito Livio. Akibatnya, penilaian orang terhadap Machiavelli tidaklah utuh. Menurut para pembelanya, apabila kita telah cukup mengenal Machiavelli, kita akan tahu bahwa sebenarnya dia adalah orang yang religius dan bermoral. Mereka juga mengatakan bahwa untuk memahami Il Principe, kita harus mempertimbangkan keadaan Italia saat buku itu ditulis. Pada saat itu, Italia dalam keadaan terpecah belah dan sangat rentan terhadap serangan asing. Machiavelli ingin menyelamatkan Italia dengan cara menulis Il Principe.

Kondisi Italia yang kritis itu membuat Machiavelli tidak lagi memandang perlu pembicaraan tentang etika. Dia tidak berbicara mengenai negara dari sudut pandang etis, tetapi dari sudut pandang medis. Machiavelli yakin bahwa Italia sedang mengidap penyakit gawat. Alih-alih mendekati masalah itu dari sudut pandang etika, Machiavelli berkonsentrasi menyembuhkan negara untuk membuatnya lebih kuat. Contoh pemakaian terminologi medis dalam Il Principe adalah ketika Machiavelli berbicara tentang para penghasut — “para penghasut harus diamputasi sebelum mereka menginfeksi seluruh negara.”

Namun, semua pembelaan terhadap Machiavelli ini sesungguhnya dapat dipatahkan karena pada 1810 telah ditemukan sebuah surat yang ditulis oleh Machiavelli yang di dalamnya dia mengakui bahwa dia menulis Il Principe agar mendapat kedudukan dalam pemerintahan Keluarga Medici di Florence (sebelum Keluarga Medici berkuasa, Machiavelli adalah seorang pejabat pemerintah). Untuk membebaskan Italia dari kekuatan asing, Machiavelli menekankan perlunya pemerintahan pribumi yang kuat, meskipun itu adalah pemerintahan yang absolut.

Betapa pun kontroversial, Il Principe adalah sebuah buku yang populer dan berpengaruh. Buku ini masuk ke dalam daftar Books that Changed the World, yang dirumuskan oleh Robert Downs, bersama-sama Wealth of Nations (Adam Smith), Essay on the Principle of Population (Thomas Malthus), Das Kapital (Karl Marx), Mein Kampf (Adolf Hitler), Principia Mathematica (Sir Issac Newton), Origin of Species (Charles Darwin), dan buku-buku hebat lainnya.

Teori-teori politik Machiavelli banyak dipraktikkan di berbagai negara. Pada abad XX, machiavellianisme sangat menonjol dalam praktik hubungan internasional. Konon Napoleon Bonaparte, sang diktator Prancis itu, senantiasa menyelipkan buku Il Principe di bawah bantal tidurnya. Kepemimpinan Stalin, Hitler, dan Mussolini sangat dipengaruhi oleh machiavellianisme. Namun, hanya Benito Mussolini yang pernah menyatakan kekagumannya atas ajaran Machiavelli secara terang-terangan di depan public, sedangkan pemimpin lainnya enggan berterus terang.

Repost From: http://macheda.blog.uns.ac.id/2009/0...o-machiavelli/

Guan Yu

Nama Lengkap: Guan Yunchang
Lahir: A.D. 162
Meninggal: A.D. 219
Anak: Guan Ping (anak angkat, A.D. 182), Guan Xing (A.D. 193), Guan Suo (A.D. 194)
Cucu: Guan Tong (anak dari Guan Xing, A.D. 224), Guan Yi (anak dari Guan Xing, A.D. 226)

Ketua dari Lima Harimau Kerajaan Shu. Memiliki kesamaan dalam pandangan dan keinginan memulihkan keadaan, Guan Yu mengangkat saudara dengan Liu Bei dan Zhang Fei. Liu Bei sebagai saudara tertua, Guan Yu saudara nomor dua, sedangkan Zhang Fei menjadi saudara termuda.

Selama masa Pemberontakan Selendang Kuning, Guan Yu bersama-sama Liu Bei dan Zhang Fei saling bahu membahu.

Kemudian pada saat Liu Bei memerintah di Xuzhou, Cao Cao melancarkan serangan dan Liu Bei beserta Zhang Fei memimpin pasukan untuk melancarkan serangan tiba-tiba namun tidak berhasil. Guan Yu yang mempertahankan kota berusaha untuk menyelamatkan kedua saudaranya karena dia sangat risau dan tidak mendapat kabar berita.

Guan Yu masuk dalam jebakan Cao Cao dengan meninggalkan kota, sehingga kota dapat dengan mudah dikuasai ketika Guan Yu tidak ada. Dengan istri Liu Bei yang masih berada di kota ketika kota jatuh ke tangan Cao Cao, Guan Yu merasa telah mengecewakan saudaranya dan ingin melakukan bunuh diri, namun berhasil dibujuk oleh Zhang Liao, salah seorang jenderal Cao Cao. Untuk menyelamatkan istri Liu Bei, Guan Yu bersedia menyerah kepada Cao Cao sementara waktu sampai dia mendapat kabar tentang Liu Bei.

Sejak dikalahkan oleh Cao Cao, Liu Bei berlindung dibawah Yuan Shao dan akhirnya berhasil membujuk Yuan Shao untuk menyerang Cao Cao. Meskipun memiliki jumlah pasukan yang tidak seimbang, Cao Cao tetap memimpin tentara untuk menghadapi Yuan Shao.

Meskipun pada awalnya Cao Cao tidak memberikan ijin kepada Guan Yu untuk maju bertempur, karena takut Guan Yu akan meninggalkan dirinya setelah memberikan kemenangan. Akhirnya Guan Yu diijinkan maju bertempur dan berhasil membunuh dua jenderal andalan Yuan Shao, Yan Liang dan Wen Chou.

Bersama dengan kemenangan yang diraih dan pengembalian hadiah yang telah diberikan Cao Cao, Guan Yu setelah mendapat kabar tentang Liu Bei memulai perjalanan panjang untuk mengawal istri Liu Bei agar dapat bersatu kembali dengan Liu Bei. Dalam perjalanan ini, Guan Yu membunuh beberapa jenderal Cao Cao yang menghalangi dirinya meneruskan perjalanan.

Pada masa pertempuran di Chibi, Zhuge Liang menugaskan Guan Yu menangkap Cao Cao pada saat melarikan diri. Adalah hal yang sangat mudah untuk menangkap Cao Cao, namun Guan Yu teringat akan perlakuan baik Cao Cao yang didapatnya pada saat dirinya dibawah Cao Cao, sehingga mengijinkan Cao Cao pergi. Malu terhadap dirinya, ketika pulang ke markas dia ingin bunuh diri, namun diberikan satu kesempatan untuk menebus kesalahan dengan menguasai Xiangyang.

Zhuge Liang dan Liu Bei mempercayakan Jingzhou kepada Guan Yu ketika mereka pergi untuk menguasai Xichuan. Dengan Cao Cao yang berada di utara dan Sun Quan di timur, mempertahankan Jingzhou bukanlah hal yang mudah. Meskipun Guan Yu berhasil menghalau serangan Cao Cao, Jingzhou jatuh ke tangan Sun Quan ketika Guan Yu maju bertempur melawan Cao Cao.

Dipaksa oleh pasukan yang tercerai berai dan luka yang dialami, Guan Yu dan anaknya, Guan Ping, bersama tentara yang setia melarikan diri ke Maicheng. Bala bantuan dari Chengdu mengambil waktu yang lama dan membuat Guan Yu tidak sabar. Bersama Guan Ping, Guan Yu berusaha menerobos kepungan musuh untuk kembali ke Chengdu. Mereka berdua tertangkap oleh serangan tiba-tiba sesaat setelah meninggalkan Maicheng. Guan Yu menolak untuk menyerah sehingga dia bersama anaknya dihukum mati.

Versi Sejarah

Pertama: Wen Chou tidak diketahui siapa yang membunuh. Catatan sejarah menyebutkan Yan Liang memang dibunuh Guan Yu, tapi Wen Chou hanya disebutkan tewas tanpa dikatakan siapa yang membunuhnya

kedua: Guan Yu, Zhang Fei, dan Liu Bei tidak pernah bersumpah menjadi saudara. Yang disebutkan dalam catatan sejarah adalah hubungan ketiga orang itu "sedekat kakak beradik"

ketiga: dalam pertempuran di provinsi Xu dikatakan Guan Yu dipancing keluar kota. Kenyataannya Guan Yu kalah dalam pertempuran dan memilih untuk melayani Cao Cao untuk sementara

keempat: diceritakan Guan Yu melewati 5 dataran dan menghabisi 6 jendral Cao Cao dalam upayanya bertemu Liu Bei. Catatan geografis sejarah menunjukkan kelima dataran itu letaknya saling berjauhan, dan keenam jendral tersebut: Kong Xiu, Meng Tan, Han Fu, Bian Xi, Wang Zhi dan Qin Qi tidak disebut-sebut dalam catatan sejarah

kelima: dikatakan Guan Yu ditugaskan untuk menangkap Cao Cao saat mereka mundur dari pertempuran di Chi Bi, namun Guan Yu yang teringat budi Cao Cao melepaskannya. Ini adalah buatan pengarang semata, tapi Liu Bei memang mengirimkan pasukan untuk mengejar Cao Cao, tapi mereka terlambat dan Cao Cao sudah lari terlebih dahulu.

keenam: diceritakan pengkhianatan dari Wu dan serangan dari Wei menyebabkan Guan Yu harus melarikan diri dari Provinsi Jing, dan akhirnya terkepung ke Maicheng, dimana dia menolak menyerah dan akhirnya tertangkap. Catatan sejarah tidak menyebutkan bahwa Guan Yu menolak menyerah, bahkan ada indikasi Guan Yu mencoba menghentikan gempuran dengan berpura-pura menyerah. Akan tetapi, saat tertangkap oleh Ma Zhong, Guan Yu memang menolak menyerah dan dihukum pancung.

Repost From: http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=50840

Zhuge Liang, sang ahli strategi dari Shu



Zhuge Liang adalah seorang ahli strategi Tiongkok yang terkenal. Ia adalah ahli strategi bagi Liu Bei. Ia bernama lengkap Zhuge Kongming, juga dikenal sebagai Cukat Liang di kalangan Tionghoa Indonesia.

Ia mengikuti Liu Bei setelah Liu Bei dan kedua adik angkatnya membuat tiga kunjungan untuk menjemputnya menjadi ahli strategi negeri Shu. Terharu dengan keikhlasan dan kemurnian hati Liu Bei yang menangis kerana mengenangkan nasib rakyat di zaman peperangan itu, maka ia menghambakan diri kepada Liu Bei. Nasihat pertama yang diberikannya secara pribadi kepada Liu Bei adalah "Longzhong Plan", yaitu tentang pendirian tiga negara besar di tanah Tiongkok, yaitu Wei, Wu dan Shu. Nasihat pertama Zhuge Liang ini menjadi kenyataan setelah beberapa tahun membantu Liu Bei di dalam peperangan untuk menegakkan dinasti Han yang telah rapuh.

Kebesarannya menyebabkan ia digelari salah satu dari 6 perdana menteri terbesar dalam sejarah Tiongkok.

Zhuge Liang acapkali dilukiskan sedang memakai sebuah jubah dan memegang kipas yang terbuat dari bulu burung bangau.


Zhuge Liang adalah seorang yang memahami strategi sekaligus taktis, Pada waktu Liu Bei mengunjungi dirinya untuk merekrutnya pada kali ke-3, Zhuge Liang sudah menjelaskan dan memperhitungkan pembagian tiga negara secara cermat, yang kemudian terbukti di kemudian hari. Gabungan strategi dan taktik yang paling sempurna adalah saat dia memerangi Menghou, raja barbar yang dimana raja tersebut dikalahkan sebanyak 7 kali, sehingga raja barbar tersebut takluk dengan sepenuh hati dan mendukung kerajaan Shu, dan lagi-lagi terbukti pada suku barbar taklukan Zhuge Liang, menjadi benteng terakhir yang gigih mempertahankan kerajaan Shu, meskipun akhirnya kalah juga

Kekalahan Shu, tidak dapat ditimpakan kepada Zhuge Liang seorang, karena secara taktik, bisa dikatakan taktiknya sangat sempurna, sebagai contoh, pada saat Zhuge Liang menjebak Cao-cao yang hampir saja mengakibatkan kematian Cao-Cao, satu-satunya kesalahan hanyalah kelemahan hati Guan Yu yang menghindarkan kepala Cao-Cao dari Golok Naganya. Padahal Zhuge Liang sudah mengingatkan untuk tidak melepaskan kesempatan emas tersebut

Pada waktu kematian Guan Yu di tangan pasukan kerajaan Wu, Liu Bei mengirimkan ratusan ribu tentaranya untuk membalas dendam tanpa menunggu dan berunding dengan Zhuge Liang yang pada saat itu tidak berada ditempat, pada saat Zhuge Liang mengetahui hal tersebut, dia langsung dapat memperkirakan bahwa Liu Bei pasti kalah, lagi lagi hal tersebut terbukti

Kehebatan Zhuge Liang menurut saya yang paling menakjubkan adalah pada saat kematiannya. Bila strategi yang lain dilakukan pada saat dia hidup, maka strategi ini dijalankan setelah dia mati. Bahkan Sima Yi juga mengakui kalau dirinya kalah dengan Zhuge Liang dengan mengucapkan "Bahkan seorang Sima Yi yang hidup, tidak dapat mengalahkan seorang Zhuge Liang yang mati".

Zhou Yu, penasehat terhebat negara Wu juga, pada saat menjelang ajalnya berteriak histeris, "Bila Tuhan menciptakan seorang Zhou, kenapa harus menciptakan seorang Zhuge lagi?" Negara Shu kalah, setelah beberapa puluh tahun kematiannya, lagi-lagi dia membuat takjub orang, pada bongkahan batu besar, tertulis tulisan "Disini akan berlutut seorang panglima kerajaan Wei". Pada saat panglima tersebut berhasil menguasai kerajaan Shu, dia mendengar hal tersebut dan tertawa mengejek "Bagaimana mungkin yang menang berlutut dihadapan yang kalah". Untuk membuktikan ucapannya dia mengunjungi makan Zhuge Liang dengan memakai Jirah Perangnya yang terbuat dari besi dengan angkuh, saat sampai di depan Bong Pai tersebut, ada kekuatan yang menariknya kebawah, sekuat apapun dia bertahan, akhirnya berlutut juga, setelah di periksa, ternyata di dalam tanah di depan Bong Pai tersebut dipasang magnet.

contoh Strategi Zhuge Liang yang lain:

Strategi Kota Kosong adalah strategi yang paling kusuka. Cara Zhuge Liang menebak dan mempermainkan pikiran orang itu benar-benar bisa dibilang klasik dan khas.

Adalagi strategi Zhuge Liang yang juga memanfaatkan psikologi lawan, yakni memasang api di salah satu cabang jalan.

Saat Cao Cao melarikan diri, ia dan pasukannya menemukan dua cabang dan di salah satunya, terlihat asap. Saat yang lain berpikir pasti ada pasukan lawan menunggu di cabang yang berasap, Cao Cao berpikir bahwa musuh cerdik dan sengaja menipu dengan memasang asap seakan-akan
ada pasukan lawan dicabang tersebut padahal mereka menunggu di cabang lain.

Sementara Zhuge
Liang (yang memasang jebakan) sudah berpikir bahwa Cao Cao pasti berpikir seperti itu dan sengaja menyalakan api di tempat pasukan Guan Yu menunggu.

Repost From: http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=49388

Pang Tong, orang yang setara dengan Zhuge Liang

Nama Lengkap: Pang Shiyuan
Lahir: A.D. 178
Meninggal: A.D. 213

Pang Tong dikenal sebagai salah satu lawan yang seimbang bagi Zhuge Liang. Sima Hui memberitahu Liu Bei bahwa dia dapat menguasai dunia apabila mendapatkan salah satu diantara mereka.

Pada awal pertempuran di Chibi, Cao Cao menyetujui usul Pang Tong untuk menggabungkan kapal-kapal yang ada dengan rantai. Dengan penggabungan tersebut maka kapal-kapal menjadi lebih stabil terhadap gelombang air dan mengurangi jumlah tentara yang mabuk karena gelombang Sungai Yangtze. Meskipun diperingatkan oleh Cheng Yu bahwa hal itu sangat berbahaya dan rentan terhadap serangan api, Cao Cao membantah hal itu dan mengatakan serangan dengan api tidak mungkin karena arah angin yang tidak mendukung.

Tetapi Cao Cao salah dan tertipu oleh rencana Pang Tong sehingga membawa kehancuran besar pada saat arah angin berubah tiba-tiba. Pada hari dimana terjadi kehancuran besar-besaran terhadap tentara Cao Cao, Pang Tong entah berada dimana.

Zhuge Liang memberikan surat rekomendasi kepada Pang Tong dan membujuk agar Pang Tong bersedia mengabdi kepada Liu Bei. Awalnya Pang Tong berkeinginan mengabdi kepada Sun Quan, bahkan telah mendapat rekomendasi dari Lu Su. Tetapi Sun Quan menolak karena wajah Pang Tong yang buruk sehingga dia menemui Liu Bei. Dengan tidak memberi tahu tentang adanya surat rekomendasi dari Zhuge Liang dan Lu Su, Pang Tong mendapatkan tugas sebagai pejabat pemerintah pada sebuah daerah kecil. Zhang Fei marah ketika mengetahui bahwa Pang Tong hanya mendapat posisi kecil.

Dengan tidak menuruti amarah hati dan bertindak keras, Zhang Fei memberikan Pang Tong kesempatan untuk membuktikan diri. Pang Tong mencapai keberhasilan dengan menyelesaikan banyak kasus dalam waktu yang sangat singkat. Zhang Fei terkesan akan hal tersebut dan membawa Pang Tong menemui Liu Bei. Liu Bei mengangkatnya sebagai Wakil Jenderal setelah melihat rekomendasi dari Zhuge Liang dan Lu Su. Ketika ditanya oleh Liu Bei kenapa Pang Tong tidak memperlihatkan surat rekomendasi tersebut dari awal, Pang Tong menjawab bahwa dirinya tidak ingin tergantung pada koneksi yang dimiliki untuk mencapai kedudukan tinggi.

Saat Liu Zhang meminta bantuan Liu Bei menyelamatkan Xichuan dari serangan Zhang Lu. Pang Tong memaksa Liu Bei untuk memanfaatkan kesempatan ini masuk ke Xichuan dan mengambil alih kekuasaan. Tetapi usul tersebut ditolak oleh Liu Bei. Liu Bei menghargai Liu Zhang sebagai saudara jauh. Sayangnya Liu Zhang yang tidak tahu diri tidak merasakan hal yang sama. Ketika Liu Bei meminta perbekalan dan bala tentara, yang didapat hanya perbekalan tidak berguna dan tentara tua serta lemah.

Marah karena perlakuan dari Liu Zhang yang tidak tahu diri sedangkan dilain pihak Liu Bei berusaha sekuat tenaga mempertahankan daerah Liu Zhang dari serangan Zhang Lu, Liu Bei mengumumkan perang terhadap Liu Zhang. Pang Tong memberikan Liu Bei tiga buah pilihan, yaitu:

1. Melupakan keinginan untuk menguasai Xichuan dan kembali ke Jingzhou.
2. Menuju Chengdu dan melakukan penyerangan yang sangat berbahaya dengan jumlah tentara yang terbatas.
3. Menguasai Terusan Fu untuk mengamankan jalan pulang ke Jingzhou dan pada saat yang sama menyediakan jalur aman bagi datangnya bala bantuan dari Jingzhou.

Liu Bei memilih pilihan yang ketiga dan berhasil menguasai Terusan Fu dengan mudah. Penguasaan Terusan Fu membuka jalan bagi penguasaan Luocheng. Terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk menuju Luocheng. Pang Tong mengambil jalan sempit yang menuju ke gerbang bagian barat. Sebelum memulai perjalanan, Liu Bei memberikan kuda putihnya untuk Pang Tong. Pang Tong sangat terharu dengan perlakuan baik dari Liu Bei, namun tidak menyadari bahwa mengendarai kuda putih Liu Bei akan membawa malapetaka.

Zhang Ren sudah bersiap sedia dengan sekitar 3.000 tentara untuk melakukan serangan tiba-tiba pada jalur sempit. Tentara Wei Yan diabaikan dan serangan tiba-tiba akan dilancarkan atas tentara Liu Bei, yang sebenarnya Pang Tong. Zhang Ren menyangka yang mengendarai kuda putih adalah Liu Bei dan memerintahkan anak buahnya melepaskan hujan panah kepada penunggang kuda putih tersebut. Dengan panah yang datang seperti hujan, Pang Tong tidak dapat melarikan diri dan tumbang. Sebelum Pang Tong menghembuskan nafas terakhirnya, dia menyerahkan peta Xichuan kepada salah seorang anak buahnya dan memerintahkan untuk disampaikan kepada Liu Bei.

Kematian Pang Tong membawa kesedihan yang mendalam bagi Liu Bei dan menjadi salah satu sebab bagi Zhuge Liang memimpin tentara keluar dari Jingzhou untuk menyelamatkan pasukan Liu Bei yang terpukul.

Repost From: http://www.tionghoa.com/296/pang-tong/